• Tentang Penulis

    Saya adalah orang yang tidak pernah dapat menyadari kalau kesalaha itu baik. ...

  • Pengertian Hermeneutik

    Go to Blogger edit html and replace these slide 2 description with your own words. ...

  • Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher

    Go to Blogger edit html and replace these slide 3 description with your own words. ...

  • Wilhelm Dilthey

    Go to Blogger edit html and replace these slide 4 description with your own words. ...

  • Edmund Husserl

    Go to Blogger edit html and replace these slide 5 description with your own words. ...

  • Martin Heidegger

    Go to Blogger edit html and replace these slide 5 description with your own words. ...

  • Hans-Georg Gadamer

    Go to Blogger edit html and replace these slide 5 description with your own words. ...

  • Jürgen Habermas

    Go to Blogger edit html and replace these slide 5 description with your own words. ...

  • Paul Ricoeur

    Go to Blogger edit html and replace these slide 5 description with your own words. ...

  • Jacques Derrida

    Go to Blogger edit html and replace these slide 5 description with your own words. ...

Selasa, 14 Februari 2012

Takdir dan Kadar [menurut persepsi saya]

Takdir: menurut saya, adalah penguasaan diri kita untuk memilih, melakukan sesuatu dengan segala pertimbangan dan usaha sehingga mencapai hasil yang kita inginkan dan harapkan. Banyak pilihan adalah dorongan untuk tidak berbuat seenaknya saja, apalagi secara formalitas saja, seperti halnya melempar dadu dan keluar angka undiannya atau malah tidak samasekali dan menyesal pada akhirnya. Tidak pula hanya berdiam diri tanpa mealukan sesuatu apapun, dan hanya berharap apabila aku mendapatkannya maka berkata: sungguh beruntuglah aku, dan bila tidak mendapatkan, lalu berkata: ini sudah takdirku.
 
Takdir bukan seperti itu menurut saya, ini adalah suatu gejolak yang sungguh tidak adil. Dalam kurun waktu yang lama takdir semakin lama semakin dirasakan bukti dan kejelasan sampai prosesnya, sehingga menjadi sebuah hipotesa yang selalu ingin dimengerti. Dahulu para ulama Mutakallimin (ahli tauhid), juga berada disuatu dilema yang sangat krusial, sehingga menjadi polemik yang berkembang, namun sesuai berjalannya waktu para ulama terdahulu mempunyai pendapat-pendapat sendiri. Artinya bukan dalam waktu yang singkat dalam meneliti takdir, perkembangan zaman sangat berpengaruh dalam ikut menyadarkan mereka.
 
Takdir yang saya yakini, ialah menurut pendapat ulama Asy’ariyah, yaitu: ketika kita melakukan sesuatu, maka detik itu juga Allah ikut andil dalam membantu kita. Oleh karena itu ketika gelas dipecah, terkadang pecah dan terkadang juga tidak, ini bukan hal yang ajaib karena dalam proses akan terjatuhnya gelas, disana terdapat banyak pertimbangan dari grafitasi, kemudian sisi jatuhnya gelas dan lain sebagainya, dan juga andil Allah dalam proses itu. Ini menunjukan bahwa, segala sesuatu pekerjaan kita pula harus disertai dengan do’a. Maka tak jarang para Waliulllah (wali-wali Allah), melakukan sesuatu yang tidak dapat ditangkap nalar, dan ini pengaruh atas do’a wali kepada ALLah, sehingga sesuatu itu terjadi.
 
Lalu bagaimana masalah rezeki.....?, saya berfikiran ini ibarat kita mencari suatu sinyal wifi, untuk dapat masuk kedalam laptop kita. Yang saya maksud, bagaimana cara kita mencarinya...?, tentu harus dengan usaha, apabila kita menggunakan modem yang murahan tentu kita tidak mendapatkan sinyal yang baik, apabila kita jauh dari area hotspot tentu sinyal sulit terdeteksi ke laptop kita, apabila kita memakai alat penangkap sinyal seperti antena dan jauh dari peradaban, maka TV kita hanya terliahat sekumpulan semut....., sebaliknya apabila kita menggunakan modem dan kartu internet yang baik dan tidak murahan, sertaberani mengeluarkan modal untuk membayar paket internet perbulannya dengan biaya yang tinggi, maka hasil tentu berbeda dengan yang sebalumnya, pasti speed lebih kenceng dan quota menjanjikan, begitu juga TV kita nampak jelas gambarnya. Jadi kita harus berusaha mencari sinyal wifi dan sinyal televisi. Sesungguhnya yang prlu diketahui, sinyal-sinyal internet telah bertebaran di atas kita, dan frekuensinya bermacam-macam, tinggal kita mau ambil yang mana dan kualitas yang bagaimana.
 
Seperti itulah qiasan dengan rezeki Allah, Dia telah meratakan semua rezeki manusia, tinggal kita bagaimana cara mencarinya, maka dibutuhkan untuk berlomba-lomba mencari keuntungan (yang bermanfaat...). yang saya maksud Allah tidak membeda-bedakan perolehan rezeki kita, terbukti dengan banyaknya orang yang mencari rezeki dengan tekun dan dengan caranya yang bermacam-macam akan berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan, dan apabila orang tersebut mendapatkan hasil keuntungan yang lain, maka atas do’anya, Allah-lah yang memilihkannya untuk yang terbaik kepada dia. Lalu bagaimana bila tidak mendapatkan keuntungan sementara dia telah berusaha dan berdo’a, maka saya pikir itu adalah rencana Allah untuk sebuah tujuan pengalaman bagi kita, dan seterusnya direalisasikan oleh Allah pada hari berikutnya. Dan bagaimana bila berusaha dan do’a masih juga tidak ada hasilnya sampai akhir hidupnya, maka akan diberikan oleh Allah kepada keturunannya (Allah lah yang lebih tahu hikmah dibalik ini), lalu ada juga orang yang sudah berusaha dan berdoa tidak mendapatkan hasil apa-apa untuk dirinya dan anaknya...?, berarti masih ada ibadah yang tidak dijalankan dengan benar sama dia, atau maksiatnya jalan terus.
 
Kemudian bagaimana dengan kehidupan orang-orang materialis yang dapat keuntungan dan mendapatkan hasil seperti yang ia harapkan, tanpa dengan do’a...?, dalam hal ini saya meyakini, tidak ada yang lebih tentram, aman, damai kehidupannya bila semua tidak dengan jalan yang baik dan kurang ibadahnya. 
 
Kalau membincangkan orang yang mempunyai cacat bagaimana tuch..?, pendapat saya orang-orang seperti itu, tetap diberi Allah kelebihan-kelebihan yang lain untuk mencari rezeki, buktinya tak jarang orang yang buta menjadi miliader, orang yang tidak punya kaki menjadi atlet terkenal, bahkan orang yang lumpuh dari lahair, yang hanya diatas kasur saja bisa menciptakan aplkasi/software yang bisa diperjual-belikan.
 
Masalah jodoh dan mati juga sama dengan konsep takdir yang saya paparkan diatas. Hanya saja kita yang selalu mempersoalkannya, maklum karena hal ini juga lagi Booming zaman sekarang. Persoalan masalah jodoh, banayak yang tidak menyadari bahwa sebenarnya ini masalah hati, yang tidak dapat diukur dengan mata telanjang saja, tapi juga mata hati, jelas saja bila ukurannya hanya fisik ujung-ujungnya putus atau cerai. 
 
Dalam hal mencari jodoh juga masalah hati, bukan masalah hati kita dengan kekasih kita yang sama-sama cocok, tapi hati orang lain termasuk ortunya atau artu kita cocok atau tidak. Artinya pihak lain juga sangat berpengaruh dalam urusan ini. Sebenarnya rezeki juga seperti itu, apabila ada pihak lain yang tidak menghendaki, ya maka usaha dan do’a kita dalam berbisnis belum tentu dapat berjalan lancar. Lalu bagaimana bila ada orang yang bolak-balok kawin dan selalu cerai, padahal awalnya berjalan lancar dan pihak lain juga sangat mendukung, apakah bukan jodohnya..?, pendapat saya, dia ataupun istrinya atau pihak lain tidak menyadari bahwa selain usaha dalam bentuk fisik, juga harus berusaha dalam bentuk batin, hati yang seharusnya berusaha dapat menerima perbedaan. Usaha dan do’a akan menguatkan hati kita.
 
Dalam urusan mati, ini sangat memperlihatkan kekuasaan Tuhan, bahwa yang mencabut nyawa bukanlah kita melainkan malaikat yang diperintahkan Allah, pelaku hanya melakukan pembunuhan saja. Namun tidak boleh disalah artikan apabila kita membunuh lalu berkata “Tidak..!”, ini sama saja sebuah usaha kita untuk melakuakan perbuatan keji itu, begitu juga bagaimana pembunuhan itu berlangsung dan kondisi object yang dibunuh bagaimana. Bukti Allah mencabut nyawa orang yang dibunuh adalah ketika eksekusi mati mati para teroris, amrozi dkk, namun setelah butir peluru yang tertancap kedalam tubuh mereka,dengar-dengar Imam Samudera yang ajalnya paling lama. 
 
Lalu apakah kalau si A menancapkan pisau di jantung si B akan pasti akan mati..?, menurut saya konsep takdir di atas menjadi patokan utama, masih dalam bentuk usaha dan do’a si A dan begitu pula si B yang tidak ingin mati. Bukti si A sudah banyak, tapi bagaimana dengan bukti si B, yang sudah berusaha dan berdo’a untuk tetap hidup, apakah tetap hidup atau mati...?, bukti si B yang dibunuh dapat saja masih hidup, ini ketika saya membaca kisahnya Syeikh Siti Jenar, bahwa ketika Wali Songo memenggal kepala Jenar, yang dilakukan oleh Sunan Kudus dalam melakukan syari’at Islam, ternyata Jenar tidak mati walaupun kepala sudah terpisah dengan badannya, bahkan kembali menyatu, ini membuktikan usaha dan do’a Jenar yang lalu dikehenadaki Allah saat itu pula (Allah lah yang lebih tahu hikmah dibalik ini), ini merupakan sebuah ungkapan: “ketika Allah berkehendak, maka wujudlah seketika itu”.

Qadla’: menurut saya, qadla’ adalah suatu cerita yang telah disusun Allah pada zaman azali (zaman yang tidak terikat waktu) tepatnya dinamakan Suluh Qadim (perencanaan awal) , dan cerita ini telah ditulis didalam Lauh Mahfud (Buku Allah). Qadla’ menurut saya, bukan cerita yang akan direalisasikan pada masa makhluk telah diciptakan. Akan tetapi cerita yang tidak menuntut tindakan-tindakan manusia, namun Allah lah yang sudah mengetahui dengan Ilmu-Nya. Ini seperti halnya ramalan, hanya saja ramalan tidak setepat dan sedetail Ilmu Allah.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar...

 
  • Blogroll

  • Consectetuer

  • Popular

  • Comments