Takdir: menurut saya, adalah penguasaan diri kita untuk memilih,
melakukan sesuatu dengan segala pertimbangan dan usaha sehingga mencapai
hasil yang kita inginkan dan harapkan. Banyak pilihan adalah dorongan
untuk tidak berbuat seenaknya saja, apalagi secara formalitas saja,
seperti halnya melempar dadu dan keluar angka undiannya atau malah tidak
samasekali dan menyesal pada akhirnya. Tidak pula hanya berdiam diri
tanpa mealukan sesuatu apapun, dan hanya berharap apabila aku
mendapatkannya maka berkata: sungguh beruntuglah aku, dan bila tidak
mendapatkan, lalu berkata: ini sudah takdirku.
Takdir bukan seperti itu menurut saya, ini adalah suatu gejolak yang
sungguh tidak adil. Dalam kurun waktu yang lama takdir semakin lama
semakin dirasakan bukti dan kejelasan sampai prosesnya, sehingga menjadi
sebuah hipotesa yang selalu ingin dimengerti. Dahulu para ulama
Mutakallimin (ahli tauhid), juga berada disuatu dilema yang sangat
krusial, sehingga menjadi polemik yang berkembang, namun sesuai
berjalannya waktu para ulama terdahulu mempunyai pendapat-pendapat
sendiri. Artinya bukan dalam waktu yang singkat dalam meneliti takdir,
perkembangan zaman sangat berpengaruh dalam ikut menyadarkan mereka.
Takdir yang saya yakini, ialah menurut pendapat ulama Asy’ariyah, yaitu:
ketika kita melakukan sesuatu, maka detik itu juga Allah ikut andil
dalam membantu kita. Oleh karena itu ketika gelas dipecah, terkadang
pecah dan terkadang juga tidak, ini bukan hal yang ajaib karena dalam
proses akan terjatuhnya gelas, disana terdapat banyak pertimbangan dari
grafitasi, kemudian sisi jatuhnya gelas dan lain sebagainya, dan juga
andil Allah dalam proses itu. Ini menunjukan bahwa, segala sesuatu
pekerjaan kita pula harus disertai dengan do’a. Maka tak jarang para
Waliulllah (wali-wali Allah), melakukan sesuatu yang tidak dapat
ditangkap nalar, dan ini pengaruh atas do’a wali kepada ALLah, sehingga
sesuatu itu terjadi.
Lalu bagaimana masalah rezeki.....?, saya berfikiran ini ibarat kita
mencari suatu sinyal wifi, untuk dapat masuk kedalam laptop kita. Yang
saya maksud, bagaimana cara kita mencarinya...?, tentu harus dengan
usaha, apabila kita menggunakan modem yang murahan tentu kita tidak
mendapatkan sinyal yang baik, apabila kita jauh dari area hotspot tentu
sinyal sulit terdeteksi ke laptop kita, apabila kita memakai alat
penangkap sinyal seperti antena dan jauh dari peradaban, maka TV kita
hanya terliahat sekumpulan semut....., sebaliknya apabila kita
menggunakan modem dan kartu internet yang baik dan tidak murahan,
sertaberani mengeluarkan modal untuk membayar paket internet perbulannya
dengan biaya yang tinggi, maka hasil tentu berbeda dengan yang
sebalumnya, pasti speed lebih kenceng dan quota menjanjikan, begitu juga
TV kita nampak jelas gambarnya. Jadi kita harus berusaha mencari sinyal
wifi dan sinyal televisi. Sesungguhnya yang prlu diketahui,
sinyal-sinyal internet telah bertebaran di atas kita, dan frekuensinya
bermacam-macam, tinggal kita mau ambil yang mana dan kualitas yang
bagaimana.
Seperti itulah qiasan dengan rezeki Allah, Dia telah meratakan semua
rezeki manusia, tinggal kita bagaimana cara mencarinya, maka dibutuhkan
untuk berlomba-lomba mencari keuntungan (yang bermanfaat...). yang saya
maksud Allah tidak membeda-bedakan perolehan rezeki kita, terbukti
dengan banyaknya orang yang mencari rezeki dengan tekun dan dengan
caranya yang bermacam-macam akan berhasil mendapatkan apa yang ia
inginkan, dan apabila orang tersebut mendapatkan hasil keuntungan yang
lain, maka atas do’anya, Allah-lah yang memilihkannya untuk yang terbaik
kepada dia. Lalu bagaimana bila tidak mendapatkan keuntungan sementara
dia telah berusaha dan berdo’a, maka saya pikir itu adalah rencana Allah
untuk sebuah tujuan pengalaman bagi kita, dan seterusnya direalisasikan
oleh Allah pada hari berikutnya. Dan bagaimana bila berusaha dan do’a
masih juga tidak ada hasilnya sampai akhir hidupnya, maka akan diberikan
oleh Allah kepada keturunannya (Allah lah yang lebih tahu hikmah
dibalik ini), lalu ada juga orang yang sudah berusaha dan berdoa tidak
mendapatkan hasil apa-apa untuk dirinya dan anaknya...?, berarti masih
ada ibadah yang tidak dijalankan dengan benar sama dia, atau maksiatnya
jalan terus.
Kemudian bagaimana dengan kehidupan orang-orang materialis yang dapat
keuntungan dan mendapatkan hasil seperti yang ia harapkan, tanpa dengan
do’a...?, dalam hal ini saya meyakini, tidak ada yang lebih tentram,
aman, damai kehidupannya bila semua tidak dengan jalan yang baik dan
kurang ibadahnya.
Kalau membincangkan orang yang mempunyai cacat bagaimana tuch..?,
pendapat saya orang-orang seperti itu, tetap diberi Allah
kelebihan-kelebihan yang lain untuk mencari rezeki, buktinya tak jarang
orang yang buta menjadi miliader, orang yang tidak punya kaki menjadi
atlet terkenal, bahkan orang yang lumpuh dari lahair, yang hanya diatas
kasur saja bisa menciptakan aplkasi/software yang bisa
diperjual-belikan.
Masalah jodoh dan mati juga sama dengan konsep takdir yang saya paparkan
diatas. Hanya saja kita yang selalu mempersoalkannya, maklum karena hal
ini juga lagi Booming zaman sekarang. Persoalan masalah jodoh, banayak
yang tidak menyadari bahwa sebenarnya ini masalah hati, yang tidak dapat
diukur dengan mata telanjang saja, tapi juga mata hati, jelas saja bila
ukurannya hanya fisik ujung-ujungnya putus atau cerai.
Dalam hal
mencari jodoh juga masalah hati, bukan masalah hati kita dengan kekasih
kita yang sama-sama cocok, tapi hati orang lain termasuk ortunya atau
artu kita cocok atau tidak. Artinya pihak lain juga sangat berpengaruh
dalam urusan ini. Sebenarnya rezeki juga seperti itu, apabila ada pihak
lain yang tidak menghendaki, ya maka usaha dan do’a kita dalam berbisnis
belum tentu dapat berjalan lancar. Lalu bagaimana bila ada orang yang
bolak-balok kawin dan selalu cerai, padahal awalnya berjalan lancar dan
pihak lain juga sangat mendukung, apakah bukan jodohnya..?, pendapat
saya, dia ataupun istrinya atau pihak lain tidak menyadari bahwa selain
usaha dalam bentuk fisik, juga harus berusaha dalam bentuk batin, hati
yang seharusnya berusaha dapat menerima perbedaan. Usaha dan do’a akan
menguatkan hati kita.
Dalam urusan mati, ini sangat memperlihatkan kekuasaan Tuhan, bahwa yang
mencabut nyawa bukanlah kita melainkan malaikat yang diperintahkan
Allah, pelaku hanya melakukan pembunuhan saja. Namun tidak boleh disalah
artikan apabila kita membunuh lalu berkata “Tidak..!”, ini sama saja
sebuah usaha kita untuk melakuakan perbuatan keji itu, begitu juga
bagaimana pembunuhan itu berlangsung dan kondisi object yang dibunuh
bagaimana. Bukti Allah mencabut nyawa orang yang dibunuh adalah ketika
eksekusi mati mati para teroris, amrozi dkk, namun setelah butir peluru
yang tertancap kedalam tubuh mereka,dengar-dengar Imam Samudera yang
ajalnya paling lama.
Lalu apakah kalau si A menancapkan pisau di jantung si B akan pasti akan
mati..?, menurut saya konsep takdir di atas menjadi patokan utama,
masih dalam bentuk usaha dan do’a si A dan begitu pula si B yang tidak
ingin mati. Bukti si A sudah banyak, tapi bagaimana dengan bukti si B,
yang sudah berusaha dan berdo’a untuk tetap hidup, apakah tetap hidup
atau mati...?, bukti si B yang dibunuh dapat saja masih hidup, ini
ketika saya membaca kisahnya Syeikh Siti Jenar, bahwa ketika Wali Songo
memenggal kepala Jenar, yang dilakukan oleh Sunan Kudus dalam melakukan
syari’at Islam, ternyata Jenar tidak mati walaupun kepala sudah terpisah
dengan badannya, bahkan kembali menyatu, ini membuktikan usaha dan do’a
Jenar yang lalu dikehenadaki Allah saat itu pula (Allah lah yang lebih
tahu hikmah dibalik ini), ini merupakan sebuah ungkapan: “ketika Allah
berkehendak, maka wujudlah seketika itu”.
Qadla’: menurut saya, qadla’ adalah suatu cerita yang telah disusun
Allah pada zaman azali (zaman yang tidak terikat waktu) tepatnya
dinamakan Suluh Qadim (perencanaan awal) , dan cerita ini telah ditulis
didalam Lauh Mahfud (Buku Allah). Qadla’ menurut saya, bukan cerita yang
akan direalisasikan pada masa makhluk telah diciptakan. Akan tetapi
cerita yang tidak menuntut tindakan-tindakan manusia, namun Allah lah
yang sudah mengetahui dengan Ilmu-Nya. Ini seperti halnya ramalan, hanya
saja ramalan tidak setepat dan sedetail Ilmu Allah.